Ujian Nasional (UN) sering
menjadi hal menakutkan bagi para siswa, terutama mereka yang memiliki kemampuan
biasa-biasa saja, seperti Hartono. Meski ingin lulus, Hartono merasa tidak
cukup pintar. Nilai-nilainya, terutama matematika, selalu di bawah standar.
Sekuat apapun berusaha, dia merasa tetap tidak bisa. Ikut les privat pun tidak
mungkin karena tidak ada biaya. Sehari-hari orang tuanya hanya bekerja sebagai
buruh tani.
Tiga bulan
menjelang ujian, Hartono semakin risau. Ia pun memutuskan memperkuat ibadahnya.
Ia percaya, jika Allah berkehendak, pasti semuanya akan terjadi.
Hartono berniat
sholat tahajud setiap malam sampai UN berakhir. Dia meneguhkan tekad untuk
bangun setiap malam. Sebelum tidur, tak lupa dirinya membaca doa untk bangun
malam. Sayangnya, niatnya itu belum terlaksana. Dia sulit bangun malam.
Kalaupun bangun, dia merasa takut untuk keluar. Apalagi, kamar mandinya berada
di luar rumah. Untuk ke sana, dia harus melewati rumpun bambu yang terkenal
menyeramkan. Hartono pun memilih tidur kembali. Setelah itu, Hartono akan
menyesal di pagi harinya.
Tak terasa,
ujian nasional tinggal 3 hari lagi. Hartono semakin galau. Dia resah karena
tidak percaya diri menghadapinya. Belajarnya pun tidak mengalami kemajuan.
Kegalauan Hartono ditangkap sang ibu. Hartono pun menceritakan semuanya. Beliau
berpesan dan berdoa untuk anaknya, “Wis,,,
ojo wedi. Kowe mengko wengi sholat tahajud. Kudu wani. Kowe kan cah lanang. Ora
pareng wedi. Lakokna sholat tahajud, Insya Allah kowe mbesuk luls.”
(Sudah…jangan
takut. Nanti malam kamu sholat tahajud. Kamu harus berani. Kamu kan anak
laki-laki. Tidak boleh takut. Jalankan sholat tahajud dan Insya Allah besok
kamu lulus). Ucapan ibu tercintanya itu akhirnya membuat
Hartono tenang.
Malamnya,
Hartono bermimpi buruk. Dia bermimpi bangun dan hendak sholat tahajud. Dalam
mimpinya, dia keluar untuk mengambil
air wudlu. Namun, saat membuka pintu untuk ke kamar mandi, pintu tersebut sulit
sekali dibuka. Dengan terpaksa, pintu tersebut ia dorong. Tiba-tiba, di depan
pintu ada sesosok hantu yang menyeramkan. Hartono sampai kaget dan terbangun dari
tidur. Badannya basah oleh keringat. Walau demikian, dia bersyukur bahwa itu
hanyalah mimpi.
Saat itu, jam
dinding menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Hartono bimbang. Hendak tidur lagi,
dirinya sudah merasa agak sulit. Ia masih kaget. Ia pun sadar bahwa inilah
waktu yang tepat untuk sholat tahajud. Namun, bagaimana kalau mimpinya itu
menjadi kenyataan?!
Akhirnya,
Hartono memberanikan diri untuk bangun. Ia ingat pesan ibunya. Dengan segenap
keberanian dalam dirinya, ia menuju kamar mandi. Dia juga memantapkan keinginan
untuk lulus dan membanggakan kedua orang tuanya. Entah mengapa, malam itu
dirinya terasa begitu ringan. Walaupun agak sedikit takut, dia terus
memberanikan diri. Mimpinya hanyalah mimpi, dan tidak akan menjadi kenyataan. Dia
lalu membayangkan betapa sedihnya jika tidak lulus. Alhamdulillah, rasa
takutnya semakin menipis. Dengan ucapan Allahu akbar yang sedikit keras,
Hartono berani membuka pintu dan mengambil air wudlu. Ternyata benar, di luar
tidak terjadi apa-apa. Semuanya ahanya ketakutan yang dibuat-buat.
Selanjutnya,
semua terasa begitu mudah. Hartono juga heran karena langkahnya begitu ringan
untuk menjalankan sholat tahajud. Padahal, selama 3 bulan ini dia merasa sulit
sekali mengalahkan rasa takut dan malas. Hartono sadar bahwa semua itu berkat
doa ibunya. Rasa percaya dirinya mulai muncul.
Sampai ujian
nasional selesai, dia sanggup menjalankan sholat tahajud dengan rutin. Bahkan, kebiasaan itu diteruskan sampai
sekarang. Yang membuat dia sangat bersyukur, doa ibunya terkabul. Hartono akhirnya
lulus ujian nasional. Walaupun nilainya pas-pasan, cukup untuk membuatnya
diterima di STM negeri pilihannya. Sekarang dia telah bekerja di sebuah
perusahaan otomotif. Sampai kini, dia tidak akan pernah lupa bahwa
keberhasilannya sekarang adalah peran dari doa ibunya selama ini.
Dikutip dari buku "Mukjizat Doa Ibu"
ceritanya sangat bagus & menginspirasi (y)
BalasHapus